Minggu, 29 September 2013

Jumat, 27 September 2013

pengertian ejaan ,,,,

Pengertian Ejaan

            Ejaan ialah seperangkat aturan atau kaidah yang mengatur cara melambangkan bunyi,cara memisahkan atau menggabungkan kata dan cara menggunakan tanda baca. Dalam system ejaan suatu bahasa, ditetapkan bagaimana fonem-fonem dalam bahasa itu dilambangkan. Lambang fonem itu dinamakan “ huruf ”. Susunan sejumlah huruf dalam suatu bahasa disebut “ abjad ”.

Huruf hanyalah lambang  fonem, merupakan gambar fonem itu. Bunyi-bunyi bahasa yang kita ucapkan itulah yang disebut fonem dan gambar bunyi bahasa itu disebut huruf. “Fonem ialah kesatuan bahasa yang terkecil yang dapat membedakan arti.” Untuk membuktikan bahwa suatu bunyi bahasa itu fonem atau bukan, kita ambil kata-kata yang hampir sebunyi seperti /lari, mari, tari, dari, cari/; kata lari mempunyai arti dan apabila bunyi /1/ pada kata itu kita ganti dengan bunyi /m/ menjadi mari, maka arti kata berubah. Jadi baik bunyi /1/ maupun bunyi /m/  kedua-duanya dalam bahasa Indonesia merupakan fonem. Begitu pula kita buat dengan kata /tari, dari, sari, cari/ : karena tiap kata mempunyai arti sendiri-sendiri, maka bunyi-bunyi /t,   d,   s,   c/   juga merupakan fonem dalam bahasa Indonesia. Demikianlah kita lakukan dengan semua kemungkinan bunyi bahasa dalam bahasa Indonesia, maka akan kita dapat sejumlah fonem bahasa Indonesia.
Ada dua macam fonem, yaitu fonem vokal dan fonem konsonan. Dalam buku tata bahasa karangan St. Muh. Zain vokal disebut huruf hidup dan konsonan disebut huruf mati.
Bagaimana kita bedakan vokal dan konsonan itu? Vokal ialah bunyi ujaran yang sungguh sungguh bunyi yang murni. . . Konsonan ialah bunyi ujaran yang diucapkan dengan menutup sebentar atau menyempitkan jalan udara keluar. Jadi bedanya terletak pada ada atau tidak adanya rintangan dalam mengucapkan sehingga yang satu terdengar lebih nyaring dari pada yang lain.Vokal –vokal dalam bahasa Indonesia ialah a,  e,   e,   i,   o,   u, termasuk diftong ai, au, oi.
          Selain dari pada pelambangan fonem dengan huruf, dalam sistem ejaan termasuk juga 1 ) ketetapan tentang bagaimana tentang satuan-satuan morfologi seperti kata dasar, kata ulang, kata majemuk, kata berimbuhan dan partikel-partikel dituliskan ; 2) ketetapan tentang bagaimana menuliskan kalimat dan bagian-bagian kalimat dengan pemakaian tanda-tanda baca seperti titik, koma, titik dua, tanda kutip, tanda Tanya, tanda seru.
Ejaan didasarkan pada konvensi semata, jadi lahir dari hasil persetujuan para pemakai bahasa yang bersangkutan. Ejaan itu disusun oleh seorang ahli bahasa atau oleh suatu panitia yang terdiri atas beberapa orang ahli bahasa atau oleh suatu panitia yang terdiri atas beberapa orang ahli bahasa, kemudian disahkan atau diresmikan oleh pemerintah. Masyarakat pemakai bahasa mematuhi apa yang telah ditetapkan itu. Ejaan yang kita pakai dewasa ini disebut ejaan yang disempurnakan yaitu ejaan yang telah disusun oleh Lembaga Bahasa Nasional (LBN). Ejaan yang sudah disusun itu kemudian ditinjau kembali sebelum disahkan oleh pemerintah. Sebelum ini, ejaan yang kita pakai ialah Ejaan Soewandi (= Ejaan Republik) dan ejaan ini pun merupak Ejaan van Ophusyen yang disempurnakan.
2.2 Ejaan van ophuysen
Ejaan van ophusyen ialah ejaan resmi untuk bahasa melayu yang disusun oleh Prof.  Ch.  A.  van ophuysen dengan bantuan beberapa orang guru bahasa melayu seperti Engku Namawi glr Sutan Makmur dan Muhammad Taib Sutan Ibrahim, atas perintah pemerintah Hindia Belanda ketika itu. Ejaan itu diterbitkan pada tahun 1901 dalam kitab logat Melayu. Karena Van ophuysen seorang belanda dan kita pada masa itu dijajah oleh belanda, maka tidaklah mengherankan apabila eajaan bahasa melayu disesuaikan dengan ejaan Belanda, seperti huruf j untuk menuliskan kata-kata seperti: jang, pajah, hajat: huruf oe untuk menuliskan kata-kata seperti: goeroe, moeloet, doe-doek, boesoek.
Kesukaran yang timbul dalam ejaan van ophuysen disebabkan oleh banyak nya tanda-tanda diakritik seperti komain, koma wasla, tanda trema yang selalu menimbulkan kesukaran untuk dapat menuliskan kata-kata itu secara tepat apalagi pada kebanyakan mesin tik tidak terdapat koma ain (koma terbalik). Memang dalam mengindonesiakan kata-kata arab, Van ophusyen kurang berhasil. Beberapa contoh: ‘Abdu’llah, ‘umur, ‘akal, ma’lum, ta’pa, ma’af, Rabi’ula wal, Djumadi’, la’ chir, dinamai, dsb. Itu sebabnya pada ejaan Soewandi – pengganti ejaan van ophusyen  –  tanda-tanda diaktrik itu dihilangkan saja atau diganti.
2.3 Ejaan Soewandi (Ejaan Republik)
Pada tanggal 19 Maret 1947, Pemerintah Indonesia menetapkan ejaan baru bagi bahasa Indonesia. Ejaan ini kemudian dikenal dengan nama ejaan Republik atau Ejaan Soewandi. Mr. Soewandi ialah Menteri P P dan K ketika itu, dan beliaulah yang menandatangani surat keputusan perubahan ejaan itu. Surat keputusan itu bertanggal 19-3-1947, kemudian disusul lagi dengan SK yang kedua bertanggal  15 April 1947 dengan penggantian lampiran.
Tujuan mengadakan perubahan ejaan ialah penyederhanaan. Penyederhanaan bermaksud untuk memudahkan. Perubahan- perubahan yang diadakan ialah:
1.      oe seperti pada kata goeroe, soeroeh, diganti dengan u, menjadi guru, suruh.
2.      Akibat dari perubahan oe menjadi u, maka kata-kata seperti laoet, maoe, saoeh, berubah juga menjadi laut, mau, sauh, tetapi harus dibedakan dari pada au pada kata-kata kerbau, lampau, pulau; au pada laut merupakan dua huruf yang dapat diceraikan atas suku-sukunya menjadi la-ut, sedangkan pada kerbau, lampau,  merupakan diftong yang tak boleh dipisahkan. Jika dipisahkan atas suku-sukunya, kata-kata itu menjadi ker-bau, lam-pau.
3.      Bunyi hamzah atau bunyi sentak ain seperti pada kata-kata: ta’, pa’, ma’lum. ra’yat, ditulis dengan huruf k, menjadi: tak, pak, maklum, rakyat
4.      e pada kata benar, keras, dengan e pada kata ekor, besok, disamakan saja menjadi e. Jadi e tidak lagi diberi garis diatasnya.
5.      Kata ulang boleh dituliskan dengan angka 2, hanya harus diperhatikan bagian mana yang diulang. Bagian yang tak diulang harus dipisahkan dari bagian yang diulang dengan tanda hubung; misalnya, berjalan-jalan boleh dituliskan berjalan2, kekanak-kanakan boleh dituliskan ke-kanak2an.
6.      Tanda trema seperti pada kata-kata kuran, Rabiulawal, di- namai, mengendarai, mulai, dihilangakan saja.
7.      Kata-kata baru yang dalam bahasa asalnya tidak memakai pepet, seperti: praktek, administrasi bukan administerasi, goblok bukan gobelok.
 Ejaan Soewandi menimbulkan lagi kesulitan-kesulitan baru. Itu sebabnya, pada kongres Bahasa Indonesia ke-2 yang dilangsungkan di Medan dari tanggal. 28 Oktober sampai dengan 2 November 1954, diputuskan untuk menyusun kembali suatu ejaan yang lebih baik. Penyusunan ejaan baru itu diserahkan kepada suatu badan yang ditunjuk oleh pemerintah.
2.4 Ejaan Pembaharuan, Ejaan Melindo, Ejaan LBK
 Sebagai kelanjutan kongres Medan, dengan surat Keputusan Menteri P P dan K No. 448/S tanggal. 19 Juli tahun 1956, dibentuklah panitia pembeharuan Ejaan Bahasa Indonesia. Mula-mula diketuai oleh prof. Dr. Prijono (alm), kemudian ketika beliau diangkat menjadi menteri P P dan K, tugasnya diserahkan kepada E. Katoppo. Salah satu yang menarik dari pekerjaan panitia ini ialah percobaannya menghilangkan huruf-huruf rangkap seperti dj, tj, ng, nj, dan menggantikan dengan huruf-huruf : j,……karena j sudah dipakai pengganti dj, maka y dipakai untuk menggantikan j. Vokal rangkap ai, au, oi, diubah menjadi aw, oy.
Ejaan Melindo ialah singkatan Ejaan Melayu- Indonesia sebagai tindakan lanjutan persahabatan Indonesia persekutuan Tanah Melayu yang diadakan pada tanggal 17 April 1959, maka pada tanggal 4 sampai 7 Desember 1959. Ejaan Melindo yang dihasilkan oleh panitia ini hampir sama dengan Ejaan pembaharuan. Bedanya hanyalah pada huruf Ejaan Melindo memakai c pengganti tj. Huruf nj juga merupakan huruf baru, tapi bentuknya agak lain. Huruf benar seperti kata ekor, diberi garis di atasanya (ĕ); jadi seperti pada Ejaan van Ophuysen. Demikian juga pada Ejaan pembaharuan.
1-   Ejaan LBK  (Lembaga Bahasa dan Kesusastraan)
 Panitia ejaan ini dibentuk oleh kepala Lembaga Bahasa dan Kesusatraan pada tanggal 7 Mei 1966, kemudian dengan surat keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan no. 062/67 tanggal. 19 September 1967, panitia ini disahkan sebagai panitia Ejaan Bahasa Indonesia Departemen P dan K. Panitia ini terdiri atas sarjana-sarjana Bahasa dari LBK dan fakukultas sastra Universitas Indonesia, berjumlah 8 orang.
Penyusunan ejaan baru didasarkan pada beberapa hal, beberapa perubahan yang diadakan oleh Panitia LBK ialah: hurug tj diganti dengan c; jadi, sama dengan konsep Melindo; j diganti dengan y (kedua-duanya termasuk pemanfaatan huruf-huruf yang tak terpakai; dj diganti dengan j; dengan sendirinya nj berubah jadi ny dan sj berubah jadi sy karena untuk itu tidak dibuat huruf-huruf baru; ch diganti dengan kh, misalnya chalik menjadi khalik, machluk menjadi makhluk. Huruf-huruf asing /f, v, z./ dimasukkan kedalam sistem ejaan Indonesia karena amat banyak kata-kata Indonesia dewasa ini yang mempergunakan juga huruf-huruf itu; e  pepet dan  e  benar tidak dibedakan, kedua-duanya dituliskan dengan e saja; jadi, sama dengan Ejaan Republik. Alasaan panitia tidak memperbedakannya ialah: 1) tidak banyak kata yang berpasangan seperti perang dan perang, bela dengan bela, yang bisa menimbulkan salah pengertian; 2) pemakaian tanda-tanda diakritik melambatkan orang menulis; 3) kewajiban guru-guru di sekolah mendril murid-murid supaya mengetahui mana kata yang memakai e pepet dan mana e benar.                                                                                                                         
2.5 Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan
Pada tanggal 16 agustus 1972, pemerintah menetapkan ejaan baru bagi Bahasa Indonesia yaitu Ejaan LBK yang telah mengalami perbaikan dan penyempurnaan yang dinamakan sekarang Ejaan Bahasa Indonesia Yang disempurnakan.

Ejaan LBK

EyD
1.
Abjad dibaca: a, ba, tja, da, e, ef, ga, ha, i, dja, ka, el, em, en, o, pa,ki, er, es ta, u, vi (fi), wa, eks, ya, za.
1.
Dibaca, a, be, the, de, e, ef, ge, ha, i, tje, ka, el, em, en, o, pe, ki, er, es, te, u, fe, we, eks, ye, zet.
2.
Kata mejemuk selalu dituliskan serangkai: orangtua, keretaapi, tandatangan.

2.

Ditulis terpisah: orang tua, rumah sakit, meja tulis, kecuali kata-kata seperti: matahari, syahbander, peribahasa, hulubalang
3.
Tanda titik dipakai pada singkatan yang terdiri atas huruf awal (huruf besar) misal: M.P.R., U.U.D., S.M.P., P.S.S.I.
3.
Tidak dipakai dalam hal seperti itu, jadi dituliskan tanpa titik: MPR, UUD, SMP, PSSI.

Beberapa hal lain yang perlu diketahui yang tertulis dalam buku pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang disempurnakan ialah:
1-   Perubahan ejaan: 
Ejaan lama

Ejaan yang disempurnkan



dj     djalan

j       jalan
j       pajung

y      paying
nj     njonja

ny    nyonya
sj     sjarat

sy    syarat
tj      tjakap

c      cakap
ch    tarich

kh    tarikh
   
    Kedua gabungan huruf ini sebenarnya tidak terdaftar dalam ejaan lama.
2-   Huruf-huruf dibawah ini diresmikan pemakaiannya:
    f       maaf                                          fakir
    v      valuta                                        universitas
    z      zeni                                            lezat
3-   Huruf-huruf q dan x yang lazim digunakan dalam ilmu eksakta tetap dipakai; misalnya:
           a : b = p : q
           sinar  X
4-   Penulisan nama orang, badan hukum, sungai, gunung, jalan, dan sebagainya hendaknya       disesuaikan dengan ejaan yang disempurnakan, kecuali bila ada pertimbangan –pertimbangan khusus dari segi hukum, tradisi, sejarah.